Pertanyaan : Salah satu Sunnah BAB dan Buang air kecil adalah dengan jongkok. Dewasa ini banyak masjid masjid yang membangun toilet duduk dan tempat kencing berdiri. Bagaimana untuk tetap melaksanakan salah satu sunah di kamar mandi dan bagaimana untuk mencegah najis tidak tersebar di luar tempat BAB atau buang air kecil ? Bagaimana cara kita menyikapinya ?
Jawaban :
Imam Nawawi menyebutkan bahwa diantara Adab/ etika ketika BAB adalah duduk dengan dengan menahan menggunakan kaki kiri ketika duduk untuk melakukan BAB. Maka apabila orang yang melakukan BAB tidak melakukan dengan cara ini maka ia telah meninggalkan Adab/ etika dalam BAB. Sedangkan untuk toilet duduk, disana kita juga bisa mempraktikan cara/ Adab ini dengan cara kita duduk diatas toilet sebagaimana biasa, serta menegakkan kaki kakan dan menahan dengan kaki kiri, yaitu menempelkan jari jemari kaki kiri dan mengankat sebagiannya, ini sebagaimana yang disebutkan Imam Ibnu Hajar di dalam Minhajul Qowim, dan saya kira cara ini bisa dilakukan ketika BAB di toilet duduk.
Sedangkan untuk kencing berdiri, hukumnya masih diperselisihkan, ada yang mengatakan Haram, Makruh dan boleh.
Imam As Syairazi menyebutkan di dalam Al Muhaddzab juz 1, hlm. 34 :
ﻭَﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺃَﻥْ ﻳَﺒُﻮﻝَ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ؛ ﻟِﻤَﺎ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻨْﻪُ؛ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ : « ﻣَﺎ ﺑُﻠْﺖُ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً ﻣُﻨْﺬُ ﺃَﺳْﻠَﻤْﺖ » ؛ ﻭَﻷَﻧَّﻪ ﻻَ ﻳَﺄَﻣَﻦُ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺮَﺷَّﺶَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﻻَ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻠﻌُﺬْﺭِ؛ ﻟِﻤَﺎ ﺭُﻭِﻱَ؛ « ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺃَﺗَﻰ ﺳُﺒَﺎﻃَﺔَ ﻗَﻮْﻡٍ ﻓَﺒَﺎﻝَ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً؛ ﻟِﻌِﻠَّﺔٍ ﺑِﻤَﺄْﺑِﻀَﻴْﻪِ » .
“dan dimakruhkan (seseorang) berkencing dengan berdiri tanpa adanya sebuah ‘Udzur, karena terdapat sebuah riwayat dari Shahabat Umar ra. bahwa dia berkata : “Semenjak aku masuk Islam, aku tidak kencing seraya berdiri“, dan karena demikian tidak sentosa dari percikannya, dan hal itu tidaklah dibenci karena suatu ‘Udzur karena terdapat sebuah riwayat; “bahwa Nabi pernah mendatangi tempat pembuangan kotoran suatu kaum, lalu beliau membuang air kecil seraya berdiri, karena terdapat penyakit dibagian dalam lututnya“”.
Menurut Imam Ibnu Hajar, hukum kencing berdiri adalah Makruh karena menyalahi kebanyakan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Tapi hukum Makruh ini berlaku ketika tidak ada ada Udzur. Maka apabila ada Udzur, seperti sakit, tidak ada tempat yang bisa digunakan untuk kencing dengan duduk atau lainnya, maka boleh.
Cara kita menyikapi permasalahan diatas adalah kita tetap berusaha melakukan BAB dengan cara yang Sunnat sesuai cara diatas, dan melakukan kencing dengan duduk di kamar mandi selama masih ada yang kosong.
[Zean Areev]
نهايةالزين ص ١٦
ومن آداب قاضي الحاجة أن يقدم يسراه في دخول محل قضاء الحاجة ويمناه في الخروج منه ولو بوضع إبريق مثلا وأن يعتمد يساره في الجلوس لقضاء الحاجة
منهاج القويم ج ١ ص ٤١
“و” أن “يعتمد” ولو قائما “على يساره” وينصب يمناه بأن يضع أصابعها على الأرض ويرفع باقيها لأن ذلك أسهل لخروج الخارج مع أنه المناسب
ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﻄﺤﻄﺎﻭﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﺮﺍﻗﻲ ﺍﻟﻔﻼﺡ ج ١ ص ٢١
ﻗﻮﻟـﻪ : ( ﻭﻳﻜﺮﻩ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎً ) ﻗﺎﻝ : ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﺸﻜﺎﺓ ﻗﻴﻞ ﺍﻟﻨﻬﻲ ﻟﻠﺘﻨﺰﻳﻪ، ﻭﻗﻴﻞ ﻟﻠﺘﺤﺮﻳﻢ، ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺒﻨﺎﻳﺔ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻄﺤﺎﻭﻱ : ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺎﻟﺒﻮﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﺍﻫـ . ﻗﻮﻟـﻪ : ( ﻟﺘﻨﺠﺴﻪ ﻏﺎﻟﺒﺎً ) : ﺃﻱ ﻟﺘﻨﺠﺲ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﺑﻪ ﻭﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻔﺎﺀ ﻛﻤﺎ ﻭﺭﺩ . ﻗﻮﻟـﻪ : ( ﺇﻻ ﻣﻦ ﻋﺬﺭ ) ﺭﻭﻱ ﺃﻧﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﺑﺎﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﻟﺠﺮﺡ ﻓﻲ ﺑﺎﻃﻦ ﺭﻛﺒﺘﻪ ﻟﻢ ﻳﺘﻤﻜﻦ ﻣﻌﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻘﻮﺩ، ﻭﻗﻴﻞ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﻣﻜﺎﻧﺎً ﻃﺎﻫﺮﺍً ﻟﻠﻌﻘﻮﺩ ﻻﻣﺘﻼﺀ ﺍﻟﻤﻮﺿﻊ ﺑﺎﻟﻨﺠﺎﺳﺎﺕ، ﻭﻗﻴﻞ ﻟﻮﺟﻊ ﻛﺎﻥ ﺑﺼﻠﺒﻪ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ ﻓﺈﻥَّ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﺗﺴﺘﺸﻔﻲ ﻟﻮﺟﻊ ﺍﻟﺼﻠﺐ ﺑﺎﻟﺒﻮﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟـﻪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻓﻲ ﺍﻹﺣﻴﺎﺀ ﻗﺎﻝ ﺯﻳﻦ ﺍﻟﻌﺮﺏ : ﺃﺟﻤﻊ ﺃﺭﺑﻌﻮﻥ ﻃﺒﻴﺒﺎً ﻋﻠﻰ ﺃﻥَّ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻤﺎﻡ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﺩﻭﺍﺀ ﻣﻦ ﺳﺒﻌﻴﻦ ﺩﺍﺀ . ﺇﻫـ
ﺍﻟﻤﺪﻭﻧﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ﺝ ١ ص ٢٤
ﻗﺎﻝ : ﻭﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﺒﻮﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﺭﻣﻞ ﺃﻭ ﻣﺎ ﺃﺷﺒﻪ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻳﺘﻄﺎﻳﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻨﻪ ﺷﻲﺀ ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ﺑﺬﻟﻚ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﺻﻔﺎ ﻳﺘﻄﺎﻳﺮ ﻋﻠﻴﻪ، ﻓﺄﻛﺮﻩ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﻭﻟﻴﺒﻞ ﺟﺎﻟﺴﺎً . ﻗﺎﻝ : ﺳﺤﻨﻮﻥ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﻋﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﺍﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻭﺍﺋﻞ ﻋﻦ ﺣﺬﻳﻔﺔ ﺑﻦ ﺍﻟﻴﻤﺎﻥ، ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ، ﺃﻧﻪ ﺑﺎﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﻭﻣﺴﺢ ﻋﻠﻰ ﺧﻔﻴﻪ . ﺇﻫـ
ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ﻓﻲ ﻓﻘﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺝ ١ ص ٤٣
ﻭَﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺃَﻥْ ﻳَﺒُﻮﻝَ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ؛ ﻟِﻤَﺎ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻨْﻪُ؛ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ : « ﻣَﺎ ﺑُﻠْﺖُ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً ﻣُﻨْﺬُ ﺃَﺳْﻠَﻤْﺖ؛ ﻭَﻷَﻧَّﻪ ﻻَ ﻳَﺄَﻣَﻦُ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺮَﺷَّﺶَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﻻَ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻠﻌُﺬْﺭِ؛ ﻟِﻤَﺎ ﺭُﻭِﻱَ؛ « ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺃَﺗَﻰ ﺳُﺒَﺎﻃَﺔَ ﻗَﻮْﻡٍ ﻓَﺒَﺎﻝَ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً؛ ﻟِﻌِﻠَّﺔٍ ﺑِﻤَﺄْﺑِﻀَﻴْﻪِ » . ﺇﻫـ
ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ ﺍﻟﻘﻮﻳﻢ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻘﺪﻣﺔ ﺍﻟﺤﻀﺮﻣﻴﺔج ١ ص ٧١ ص ٧٢
( ﻭ ) ﻳﻜﺮﻩ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺍﻟﻐﺎﺋﻂ ( ﻗﺎﺋﻤﺎً ﺇﻻ ﻟﻌﺬﺭ ) ﻷﻧﻪ ﺧﻼﻑ ﺍﻷﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺃﺣﻮﺍﻟﻪ . ﺃﻣﺎ ﻣﻊ ﺍﻟﻌﺬﺭ ﻛﺎﺳﺘﺸﻔﺎﺀ، ﺃﻭ ﻓﻘﺪ ﻣﺤﻞ ﻳﺼﻠﺢ ﻟﻠﺠﻠﻮﺱ، ﺃﻭ ﺧﺸﻴﺔ ﺧﺮﻭﺝ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ ﺍﻵﺧﺮ ﻟﻮ ﺟﻠﺲ، ﺃﻭ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﺃﺣﺮﻗﻪ ﻓﻠﻢ ﻳﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻠﻮﺱ، ﻓﻤﺒﺎﺡ . ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺃﻭ ﻋﻠﻰ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻟﺠﻮﺍﺯ ﻳﺤﻤﻞ ﺑﻮﻟﻪ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﻟﻤﺎ ﺃﺗﻰ ﺳُﺒﺎﻃﺔ ﻗﻮﻡ . ﺇﻫـ
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id