📝 Pembacaan Surat Yasin dimalam Nisfu Sya’ban
Malam Jum’at, 13 Februari 2025 M bertepatan dengan Malam Yang memiliki keutamaan yang sangat luar biasa, bahkan termasuk salah satu malam yang jika seorang berdo’a di malam tersebut maka tidak akan di tolak do’anya, yaitu “Malam Nisfu Sya’ban” tepatnya malam 15 bulan Sya’ban, di sini kami akan memaparkan terjemahan dari catatan penting Abuya as – Sayyid Muhammad bin Alwi al -Maliki al – Hasani tentang amalan membaca yasin di malam nisfu sya’ban, yaitu sebagai berikut :
Catatan penting Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani dalam kitab beliau Madza Fisya’ban
Berikut Redaksinya :
قراءة يس بنية طلب الخير الدنيوي والأخروي، أو قراءة القرآن كله لذلك ، لا حرج فيه وليس بممنوع.
“Pembacaan surat yasin dengan niat mencari kebaikan baik duniawi atau ukhrowi, atau bahkan membaca seluruh Al-Qur’an untuk tujuan tertentu berupa kebaikan, itu adalah hal yang tidak mengapa, dan tidak dilarang.”
وقد ادّعى بعضهم أنَّ ذلك حرام، أو ممنوع، أو بدعة سيئة، إلى آخر القائمة المعروفة المشهورة في هذا الباب، والتي نسمعها مطلقة في كل مستحدث جديد دون شرط أو احتراز أو تقييد.
“Sebagian orang menuduh bahwa itu hal yang haram, dilarang, dan bid’ah, bahkan semua amalan yang ada dalam bab ini, dan yang saya dengar, status itu berlaku pada semua yang baru diadakan, bahkan tanpa syarat apapun, ataupun pengecualian, semua dihukumi haram, dan bid’ah”
وهذا نص كلامهم : ما يفعله عامة الناس من قراءة سورة يس ثلاث مرات مرة بنية طول العمر مع التوفيق للطاعة، الثانية بنية العصمة من الآفات والعاهات ونية سعة الرزق، الثالثة لغنى القلب وحسن الخاتمة، والصلاة التي يصلونها بين الدعاء، والصلاة بنية خاصة لقضاء حاجة معينة، كل ذلك باطل لا أصل له ولا تصح الصلاة إلا بنية خالصة الله تعالى لا لأجل غرض من الأغراض قال تعالى : ﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ».
Begini redaksi catatan mereka :
adapun amalan yang orang – orang lakukan, seperti :
- Membaca yasin 3 kali dengan niat di bacaan yang pertama : supaya dipanjangkan umurnya disertai kekuatan untuk berbuat taat, kedua : supaya mendapatkan penjagaan dari mara bahaya dan petaka, dan dilapangkan rizkinya, ketiga : supaya mendapatkan kekayaan hati, dan husnul khotimah,
- Sholat yang dikerjakan diantara do’a yang dipanjatkan, dan diniatkan khusus untuk menuntaskan hajat tertentu,
Semua itu adalah hal yang bathil, tidak ada dalilnya, karena sholat tidak sah kecuali dengan niat yang murni karena Allah, bukan dengan embel-embel tujuan lainnya, Allah berfirman :
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah kepada Allah, dengan memurnikan agama hanya untukNya” (Q.S al – Bayyinah ayat 5)
هذا كلام المنكرين.
“Redaksi diatas adalah catatan orang yang mengingkari amalah sya’ban”
أقول : إن هذه الدعوى هي بنفسها باطلة، لأنها مبنية على قول لا دليل عليه، وفيه تحكم وتحجير لفضل الله ورحمته.
Jawaban kami : “Sesungguhnya tuduhan inilah yang bathil, karena tuduhan ini muncul tanpa tendensi dalil apapun, dan di dalamnya terdapat pembatasan untuk karunia dan rahmat Allah.”
والحق : أنه لا مانع أبداً من استعمال القرآن، والأذكار والأدعية للأغراض الدنيوية، والمطالب الشخصية ، والحاجات والغايات والمقاصد بعد إخلاص النية الله في ذلك، فالشرط هو إخلاص النية في العمل الله تعالى، وهذا مطلوب في كل شيء من صلاة، وزكاة، وحج، وجهاد، ودعاء، وقراءة القرآن، فلا بُدَّ في صحة العمل من إخلاص النية الله تعالى، وهو مطلوب لا خلاف فيه، بل إن العمل إذا لم يكن خالصاً الله تعالى؛ فإنه مردود، قال تعالى: ﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ .
Kebenaran : “Sesunggunhnya tidak ada larangan apapun, dalam penggunaan bacaan Al-Qur’an, berbagai macam dzikir, dan do’a untuk keperluan dunia, kebutuhan pribadi, harapan, dan tujuan tertentu setelah dimurnikan niatnya hanya untuk Allah, syarat terpentingnya adalah sudah dimurnikan karena Allah dalam setiap amal, baik itu sholat, zakat, haji, jihad, berdo’a, membaca Al-Qur’an, itu semua harus dimurnikan niatnya karena Allah, dalam konteks ini jelas bahwa murni karena Allah diwajibkan dalam beramal, tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya, bahkan jika tidak murni, maka amal tersebut adalah amal yang tertolak, Allah berfirman :
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah kepada Allah, dengan memurnikan agama hanya untukNya” (Q.S al – Bayyinah ayat 5)
لكن ؛ لا مانع من أن يُضيف الإنسان إلى عمله مع إخلاصه مطالبه وحاجاته الدينية والدنيوية، الحسية والمعنوية الظاهرة والباطنة،
“Akan tetapii !!, dalam sebuah amal tidak dilarang menyertakan harapan, keinginan baik dunia atau akhirat, kasatmata atau tidak, jasmani atau rohani,”
ومن قرأ سورة يس أو غيرها من القرآن الله تعالى طالباً البركة في العُمر، والبركة في المال، والبركة في الصحة، فإنه لا حرج عليه ، وقد سلك سبيل الخير (بشرط أن لا يعتقد مشروعية ذلك بخصوصه)
“Barang siapa yang membaca surat yasin atau surat lainnya dalam Al-Qur’an, dengan berharap diberkahi umurnya, hartanya, dan kesehatannya, maka itu tidak dilarang, dan dia sudah berada dalam jalan yang benar, dengan catatan penting : Tidak boleh menyakini bahwa itu disyariatkan secara khusus.”
فليقرأ يس ثلاثاً، أو ثلاثين مرة، أو ثلاث مئة مرة، بل ليقرأ القرآن كله الله تعالى خالصاً له، مع طلب قضاء حوائجه، وتحقيق مطالبه ، وتفريج همه وكشف كربه، وشفاء مرضه وقضاء دينه.
“Maka, caranya adalah dia membaca surat yasin 3 kali atau 30 kali atau 300 kali bahkan membaca seluruh Al-Qur’an murni karena Allah, dengan harapan Allah menunaikan hajatnya, harapannya, dihilangkan kesusahannya dan kesukarannya, disembuhkan sakitnya, dilunaskan hutangnya.”
فما الحرج في ذلك ؟ .. والله يحب من العبد أن يسأله كل شيء، حتى ملح الطعام وإصلاح شسع نعله.
“Apa yang dilarang didalamnya ?? Allah senang apabila seorang hamba meminta kepadanya segala sesuatu, bahkan garam untuk makan, ataupun tali sendal atau sepatunya.”
وكونه يُقدم بين يدي ذلك سورة يس، أو الصلاة على النبي ؛ ما هو إلا من باب التوسل بالأعمال الصالحة وبالقرآن الكريم، وذلك متفق على مشروعيته.
“Adanya amalan yang disodorkan kepada Allah, berupa bacaan surat yasin, sholawat kepada Nabi, itu termasuk pembahasan Tawassul (perantara) dengan menggunakan amal kebaikan, dengan bacaan Al-Qur’an, sedangkan hal ini disepakati dianjurkan secara Syari’at.”
وقد قلنا في كتابنا «المفاهيم» ما نصه :
” لم يختلف أحد من المسلمين في مشروعية التوسل إلى الله سبحانه وتعالى بالأعمال الصالحة، فمن صام أو صلّى أو قرأ القرآن أو تصدق، فإنه يتوسل بصيامه وصلاته وقراءته وصدقته بل هو أرجى في القبول وأعظم في نيل المطلوب. لا يختلف في ذلك اثنان. “
Sudah kita jelaskan tentang Tawassul dalam kitab “Al-Mafahim Yajibu An Tusohah” dengan redaksi sebagai berikut :
“Tidak ada perselisihan dari kalangan ulama’ muslimin, dalam kebolehan bertawassul (perantara) kepada Allah dengan menggunakan amal baik, sehingga barang siapa berpuasa, sholat, sholawat, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah, dengan menjadikan puasa, sholat, bacaan, dan sedekahnya sebagai perantara diterimanya amal, dan dikabulkannya harapan. Dalam hal ini tidak diperselisihkan oleh ulama’.”
والدليل على هذا : حديث الثلاثة الذين انطبق عليهم الغار فتوسل أحدهم إلى الله ببره لوالديه، وتوسل الثاني بابتعاده عن الفاحشة بعد تمكنه من أسبابها، وتوسل الثالث بأمانته وحفظه لمال غيره وأدائه له كاملاً ، وفرج الله عنهم ما هم فيه. وهذا النوع من التوسل قد فصله وبين أدلته وحقق مسائله الشيخ ابن تيمية رحمه الله في كتبه، وخصوصاً في رسالته : ( قاعدة جليلة في التوسل والوسيلة).
Dalil / dasarnya adalah : Hadist tentang 3 orang yang terjebak dalam gua, maka salah satu mereka bertawassul kepada Allah dengan perantara baktinya kepada kedua orang tuanya, lalu yang kedua bertawassul dengan menjauhanya dia dari perbuatan keji, padahal sudah hampir terjerumus didalamnya, lalu yang ketiga bertawassul dengan amanahnya dalam menjaga harta orang, dan mengembalikan dengan utuh, akhirnya Allah membukakan jalan untuk mereka. Ini adalah pembahasan yang telah diperinci, dan dijelaskan, bahkan dikuatkan langsung oleh Syekh Ibn Taimiyyah, dalam kitab-kitabnya, khususnya dalam kitab Qoi’dah Jalilah Fittawassul wal wasilah
by : Meaf Read (santri Ponpes Riyadhul Jannah)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id