Hadits Ke-2
Debat Yang Terpuji Dan Debat Yang Tercela
الحمد لله الذي علم بالقلم علم الإنسان ما لم يعلم الحمد لله الذي خلق الإنسان علمه البيان والصلاة والسلام على الذي لا ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى أما بعد.
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ (رواه البخاري ومسلم)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “orang yang paling dibenci di sisi Allah adalah orang yang sangat keras ketika berdebat dan sangat sering berdebat
Makna al-alddu adalah orang yang sengit dalam perdebatan yang menyimpang dari kebenaran, sang pelaku sendiri adalah orang yang menyimpang dari kebenaran serta gemar berdebat (berselisih) serta ia pun sangat mahir dalam perdebatan.
Makna al-khoshmu adalah orang yang cerdik dalam perdebatan. Perdebatan yang tercela adalah perdebatan untuk menghilangkan kebenaran atau untuk menetapkan kebatilan.
Islam melarang perbuatan kedurhakaan dalam perdebatan, islam menjadikan sifat kedurhakaan dalam perdebatan termasuk salah satu tanda-tanda kemunafikan yang murni. Riwayat hadits dari sahabat Abdullah bin Amr, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
Artinya: “Empat perkara, barangsiapa ada dalam dirinya empat perkara ini maka ia adalah murni orang munafik dan barangsiapa ada dalam dirinya salah satu dari empat perkara ini maka ia dalam dirinya ada salah satu sifat kemunafikan sampai ia meninggalkan sifat tersebut. Empat perkara tersebut yaitu Apabila ia diberi amanah berkhianat, apabila ia berbicara berbohong, apabila ia berjanji mengingkari, apabila bertikai ia melakukan kedurhakaan.” Imam al-Hafidz Ibn Hajar berpendapat, “Kedurhakaan yaitu menyimpang dari kebenaran dan tipu daya dalam menolak kebenaran.” Maksudnya adalah apabila ia berdebat dengan seseorang maka ia akan menempuh semua jalur meskipun jalur yang tidak sesuai dengan peraturan dan berbuat tipu daya di dalamnya sampai ia mengambil kebenaran dari musuhnya.
Dalam kitab suci al-qur’an, Allah telah menamakan orang yang melakukan kedurhakaan dalam berdebat dengan nama Ladad (seorang penentang). Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ولقد سمى الله في كتابه الكريم الفجر في الخصومة لدداً قال تعالى: ﴿ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ ﴾ [البقرة: 204].
Artinya: “Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menjelaskan perihal dua golongan manusia, yaitu orang munafik dan orang mukmin yang beramal mengorbankan harta dan jiwanya untuk mencari rida-Nya. Ayat 204-206 diturunkan berkenaan dengan seorang munafik bernama al-Akhnas bin Syuraiq as-Saqafi, yang setiap bertemu Nabi Muhammad ia memuji Nabi dan mengucapkan kata-kata yang mengagumkan Nabi. Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia, atau pembicaraannya di dalam kehidupan dunia, tidak di akhirat nanti mengagumkan engkau, wahai Nabi Muhammad, sebab ia mengatakan perkataan yang manis di hadapanmu, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, yakni ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia beriman kepada engkau, padahal dia adalah penentang yang paling keras. Di akhirat akan terungkap bahwa isi hatinya tidak sesuai dengan ucapannya.
وعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ “
Artinya: Dari Sayyidah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Beliau bersabda, “orang yang paling dibenci di sisi Allah adalah orang yang sangat keras ketika berdebat dan sangat sering berdebat
Kedurhakaan dalam perdebatan akan menimbulkan beberapa perkara:
1. Timbulnya sifat Saling mendengki dan saling membenci, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melarang hal demikian. Sahabat Abu Hurairoh menceritakan dari Rasulullah, Beliau bersabda,
فعن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ” إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث ولا تجسسوا ولا تحسسوا ولا تنافسوا ولا تحاسدوا ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا ولا يخطب الرجل على خطبة أخيه حتى ينكح أو يترك
“Hati-hatilah kalian dari prasangka (buruk) karena sesunguhnya Prasangka (buruk) itu adalah perkataan yang paling dusta, janganlah saling mencari-cari kesalahan, jalan saling mencari informasi untuk dapat mendengar / untuk melihat, jangan saling mendengki, jangan saling membenci, jangan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara, janganlah seseorang meminang pinangan saudaranya sampai ia menikahinya atau meninggalkannya.
2. Putus hubungan silaturrahmi dan timbulnya permusuhan. Terkadang hal ini terjadi kepada saudara dan kerabat dekat. Yang wajib dilakukan oleh seorang muslim adalah tetap menyambung hubungan silaturrahmi meskipun tali hubungan itu telah terputus. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits:
ليس الواصل بالمكافئ، ولكن الواصل الذي إذا قطعت رحمه وصلها
Artinya: “Bukanlah penyambung tali silaturrahmi adalah orang yang membalas kebaikan. Tetapi penyambung silaturrahmi adalah orang yang selalu berusaha menjalin hubungan baik meskipun kerabat atau lingkungan sekitarnya merusak hubungan persaudaraan dengan dirinya.(HR. Imam Muslim dan Turmudzi)
3. Timbulnya kesombongan dan bangga diri. Kesombongan dan bangga diri, keduanya akan menghantarkan kepada melawati batas dalam perdebatan dan penolakan kebenaran serta memandang remeh orang lain. Dari sahabat Abdullah Ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda:
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر فقال رجل إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة قال إن الله جميل يحب الجمال الكبر بطر الحق وغمط الناس “رواه مسلم.
Artinya: “Tidak akan masuk surga, orang yang masih ada dalam hatinya seberat biji atom dari sifat sombong. Kemudian ada seseorang bertanya, “Sesungguhnya seseorang itu senang jika baju yang dipakai itu bagus, sendal yang dikenakan pun bagus.” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Indah menyukai keindahan, sombong adalah tidak menerima kebenaran dan memandang remeh orang lain.”
Imam Ghozali menyebutkan dalam kitab “Ihya” tentang bahaya debat diserupakan seperti bahayanya minum khomer (minuman keras), beliau berkata, “Ketahuilah serta perhatikanlah bahwa perdebatan yang bertujuan untuk meraih kemenangan, menyangkal lawan bicara, menunjukkan kelebihan, kemulian serta kefasihan bicara di hadapan manusia. Serta diskusi yang bertujuan untuk kebanggaan diri, perdebatan, menarik perhatian manusia. Tujuan-tujuan tersebut adalah sumber segala budi pekerti yang buruk di sisi Allah, sumber segala budi pekerti yang baik di sisi musuh Allah Iblis dan hubungannya kepada kekotoran batin dari sifat sombong, bangga diri, hasad (dengki), bersaing (dalam keburukan), pensucian diri, cinta kedudukan dan lainnya sebagaimana hubungan minum khomer (minuman keras) dengan keburukan secara dhohir seperti zina, menuduh perempuan muslimah berzina, pembunuhan dan pencurian. Seperti seseorang yang diberikan pilihan antara minum khomer dan melakukan semua keburukan maka ia akan memandang remeh minum khomer, kemudian ia minum khomer tersebut, hal tersebut (minum khomer) mendorong dirinya untuk melakukan keburukan selanjutnya.
Begitulah orang yang dikuasai sifat ingin mengalahkan orang lain, menang dalam perdebatan, mencari kedudukan dan kebanggaan, maka hal demikian akan mendorong dirinya untuk menyembunyikan segala keburukan ke dalam dirinya dan segala Budi perkerti buruk akan berkobar dalam dirinya.”
Beberapa poin penting yang bisa dipetik dari hadits ini:
- Ancaman bagi orang yang sengit (melampaui batas aturan) dalam perdebatan.
- Sesungguhnya tersebarnya perdebatan dimana-mana adalah salah satu tanda kesesatan.
- Diskusi dan perdebatan dengan cara batil termasuk dari bahaya lisan yang menjadi sebab timbulnya perpecahan, pemutusan hubungan silaturrahmi dan permusuhan diantara kaum muslimin dan kebencian dari Allah Ta’ala.
- Orang yang bertujuan dalam debatnya untuk melawan dan menolak kebenaran dengan berbagai cara yang salah dan dengan khayalan-khayalan yang menipu. Maka orang seperti inilah yang dibenci oleh Allah Ta’ala.
- Maksudnya al-alddu adalah sengit dalam perdebatan yang menyimpang dari kebenaran, sang pelaku sendiri adalah orang yang menyimpang dari kebenaran serta gemar berdebat (berselisih) serta ia pun sangat mahir dalam perdebatan dan masuk dalam kategori ini adalah orang yang banyak berdebat dengan cara batil.
- Kewajiban seorang muslim untuk belajar tentang keutamaan dan budi pekerti sifat memaafkan. Hendaknya ia tidak menjadikan perdebatan sebagai satu jalan untuk menimbulkan permusuhan dan usaha untuk mengganggu mereka. Karena sesungguhnya hal demikian bukan termasuk budi pekerti yang mulia.
Ditulis oleh: Ustadz Ali Musthofa (Staf Pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id