Nabi Muhammad Dalam Asuhan Ibunya, Lalu Kakeknya, Lalu Pamannya
Pada tahun ke-5 atau permulaan tahun ke-6 kelahiran Nabi: Sayyidah Halimah mengembalikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ke pangkuan ibunda Nabi. Yang menjadi penyebab utama Sayyidah Halimah melakukan itu meski beliau ingin sekali berada di sisi Nabi Muhammad dan ingin selalu menjaganya serta membesarkannya, adalah rasa khawatir Sayyidah Halimah setelah peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga sebagaimana yang dikisahkan: Beberapa orang dari kaum Nasrani Habasyah melihat Nabi Muhammad besama Sayyidah Halimah, ketika mereka mengenal diri Nabi Muhammad dari tanda-tanda kenabian yang ada pada diri Nabi, kemudian mereka hendak mengambil Nabi Muhammad dari tangan Siti Halimah dan membawanya pergi.
Pada tahun ke-6 kelahiran Nabi: Ibunda Nabi membawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungi paman-paman Nabi Bani ‘Adi bin Najjar di kota Madinah / Yatsrib. Mereka tinggal di sana selama sebulan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَحْسَنْتُ الْعَوْمَ وَالسِّبَاحَةَ فِيْ بِئْرِ بَنِيْ عَدِيِّ بْنِ النَّجَّارِ
“Aku menjadi pandai dalam berenang dan menyelam ketika aku berada di sumur Bani ‘Adi bin Najjar”.
Pada saat itu, orang-orang Yahudi Madinah saling bertukar pikiran dan saling mengenali pada diri Nabi Muhammad tanda-tanda kenabian. Kemudian Nabi Muhammad dan ibundanya pulang kembali ke kota Mekkah. Di dalam perjalanannya, ketika berada di daerah bernama Abwa’, ibunda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Dikatakan bahwa di tempat itu pula ayah Nabi Muhammad wafat. Kemudian Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya Abdul Muthallib.
Diriwayatkan dalam sebuah Hadits bersanad: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada Tuhannya ‘azza wa jalla untuk menghidupkan kembali kedua orang tuanya. Kemudian Allah Ta’ala pun menghidupkan kembali kedua orang tua Nabi dan mereka menyatakan keimanannya kepada Nabi. Meskipun terdapat Hadits-Hadits Shahih yang menyangkal hal itu, maka dikatakan bahwa pendapat yang menyatukan antara kedua riwayat Hadits ini adalah: Bahwa Hadits dibangkitkannya kedua orang tua Nabi lebih diakhirkan dari Hadits-Hadits yang menyangkalnya. Akan tetapi, Allah subhanahu wa ta’ala lah yang berhak mengkabulkan permintaan Nabi-Nya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Wallahu A’lam.
Pada tahun ke-7 kelahiran Nabi (Pendapat lain: Tahun ke-8): Terdapat kisah Saif bin Dzi Yazan bersama kakek Nabi Muhammad Abdul Muthallib. Ketika ia mengujungi Abdul Muthallib, ia mengucapkan selamat atas keberhasilannya di Habasyah karena beliau membawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga mengisahkan tentang adanya kabar dari para pendeta mengenai diri Nabi Muhammad, serta bagaimana Abdul Muthallib meminta hujan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan perantara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2 bulan 10 hari di tahun ke-8 kelahiran Nabi: Kakek Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Abdul Muthallib wafat. Dikatakan bahwa Abdul Muthallib meninggal setelah 2 tahun wafatnya Sayyidah Aminah ibunda Nabi. Maka setelah itu, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib dengan sebaik-baik asuhan. Semenjak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di rumah pamannya, telah nampak anugerah dan keberkahan Nabi pada diri Abu Thalib dan anak-anak serta istrinya. Abu Thalib sangat berjasa dalam melindungi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan jiwa dan raganya, dengan lisannya, dan dengan keluarganya serta orang-orang di kaumnya yang mengikutinya di kala kaum kafir Quraisy memusuhi Nabi Muhammad. Beliau rela menempatkan dirinya menghalangi keburukan agar Nabi Muhammad selamat. Sampai-sampai disebutkan di dalam qashidahnya yang masyhur, beliau berkata dalam suatu bait:
حَدِبْتُ بِنَفْسِيْ دُوْنَهُ وَحَمَيْتُهُ وَدَافَعْتُ عَنْهُ بِالذُّرَى وَالْكَلَاكِلِ
“Aku meringkuk di bawah melindunginya dengan jiwa ragaku, aku melindunginya dengan punggung dan dadaku”.
(Yahya bin Abu Bakar al-‘Amiri, Bahjatul Mahafil wa Bughyatul Amatsil: hlm. 63 – 64)
Ditulis oleh: Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf ( Staf Pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id